Ini ada sedikit perkenalan dari kota kami. Samarinda, adalah sebuah kota kecil di pinggiran sungai Mahakam yg terbentang memanjang di pinggiran kota. Terdapat sebuah Masjid Islamic Centre yg di bilang termegah se-Asia Tenggara tepat di pinggir jalan depan sungai. Sebagian masyarakat kecil memanfaatkan tempat ini (baca : tepian) sebagai tempat mengais rezeki, mereka memilih bekerja sebagai pedagang buah, bensin eceran, dan helm. Dulu sih ada penjual telur penyu, tp sekarang sudah mulai punah yg menjual, mungkin di karenakan peminat pembeli sudah jarang sekali. Padahal dulu, waktu saya masih berumur 6 tahun sering sekali membeli itu untuk sarapan pagi. Ya sekarang mau gimana lagi, zaman semakin hari semakin berubah, yang dulunya kota ini sangat sejuk sekarang telah berubah drastis menjadi kota yang sangat sumpek dan panas, kendaraan roda empat dan roda dua sudah mulai memadati seluruh jalan jalan yang ada di kota ini. Yang dulunya sebuah hutan, gunung, ataupun rawa-rawa sekarang telah menjelma menjadi sebuah perkantoran atau perumahan elit. Namanya juga ‘city mom’, pembangunan pasti terjadi di mana mana kan. Meskipun demikian, saya sangat mencintai kota ini.
Sudah 17 tahun saya hidup di kota ini bersama keluarga, sahabat, atau pun pacar. Di kota tepian ini lah kami saling berbagi cuka dan dupa, dan membuat berbagai kekonyolan bersama. Pernah dulu waktu masih jaman-jamannya saya masih SMP (baca : esempe) nekat pergi ke salah satu mall bersama teman-teman dengan masih menggunakan pakaian seragam sekolah lengkap dengan topi-topinya, alhasil di kejar-kejar sama satpam mall sampai kami harus dengan sangat terpaksa bersembunyi di toilet selama 1 jam. Pernah juga dulu waktu saya masih duduk di bangku SD (baca : esde) kelahi dengan teman sendiri, hanya gara gara apa yok, “BEREBUTAN ANGIN DARI KIPAS ANGIN” hadeeh. -.-
Jadi gini ceritanya, waktu itu kami duduk-duduk di masjid sambil menunggu adzan zuhur, saya yang telah berwudhu duduk tepat di bawah kipas angin dan langsung merasakan betapa nikmatnya angin dari kipas angin tersebut. Tapi entah kenapa tiba-tiba laki-laki yang duduk di depan saya ini langsung mundur ke belakang dan menyempit-nyempitin tempat duduk saya. Emosi saya pun naik, dari kepala saya telah tumbuh 2 buah tanduk, gigi taring saya memanjang, mata saya pun menjadi merah, dari pantat saya muncul ekor dan badan saya pun mulai di penuhi dengan bulu-bulu (ini manusia atau kerbau sih, haha). Dengan sangat jantan saya memukul muka laki-laki itu, tepat di bibirnya. Teman-teman kami hanya bisa menyaksikan pertengkaran kami tanpa mau ikut makan nasi campur, eh campur tangan. Begitu juga dengan guru yang melihat pada waktu itu, mereka hanya membiarkan kami untuk terus berkelahi bagaikan dua ekor singa jantan dan betina yang sedang di mabuk asmara. Selang waktu kurang lebih 1 menit kami saling bergelut dan akhirnya kumandang adzan pun tiba, kami pun dengan inisiatif masing-masing menghentikan pertengkaran ini, ku lihat matanya sudah me-merah dan telah mengeluarkan air mata hingga membasahi pipinya. Aku pun terdiam dan hanya bisa menelan ludah.
Keesokan harinya, kami saling meminta maaf atas ‘kecelakaan’ kemaren. Ku lihat dibawah bibirnya membekas memar biru yang begitu mencolok sekali di wajahnya. Pikirku itu akibat dia jatuh saat bersepeda sore dan tanpa sengaja bibirnya mencium batu jalanan. Ternyata bukan, itu bukan akibat mencium batu jalanan ataupun batu jalanan yang mencium bibirnya, tapi itu semua akibat dari perbuatan saya kemaren. Oh no ! Dia benar-benar positif HAMIL saat ini dan janin yang ada di dalam kandungannya itu pun adalah hasil dari perbutan kami berdua.
Salam kenal.. :)
BalasHapusiya,:) tolong bimbingannya ya. hehe
BalasHapusAstagaa lebay
BalasHapushaha
boleh2..
*sok senior *padahal sudah setaun ga nulis
eh jd kpengen nulis lg aku de..
haha, makasih hel..
BalasHapusiya, note di facebook mu tu bagus2 ku liat.
Coba Lanjuti aja menulis hell.
Komentar nya ya bwt postingan baru. :)
BalasHapus